Semiotika: Makna Dalam Komunikasi

17 05 2012

DASAR-DASAR KOMUNIKASI

(Semiotika: Makna Dalam Komunikasi)

INDAH MURTINI

MOSES RAYNALDO

NURRACHMAN

REZA ANDANI

TEKNOLOGI PENDIDIKAN (REG)

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Kata Pengantar

            Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah  “Dasar-dasar Komunikasi” yang berjudul “Semiotika: Makna dalam komunikasi” dengan baik dan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi-materi yang ada. Materi-materi yang bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dari pihak yang membaca. Juga agar kita dapat mengembangkan pola pikir dalam pengetahuan tentang komunikasi.

Kami menyadari bahwa isi dari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya

                                                            Jakarta, November 2011

                                                                       Penulis

 

 

 

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………. 3

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………….. 4
  2. RumusanMasalah…………………………………………………………………………………… 4
  3. Tujuan…………………………………………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

  1. Pengertian Semiotika……………………………………………………………………………… 5
  2. Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli…………………………………………………… 5
  3. Macam-macam Semiotika……………………………………………………………………… 10
  4. Tipe-tipe Tanda…………………………………………………………………………………….. 12
  5. Sistem Semiotika…………………………………………………………………………………… 13
  6. Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan………………………………….. 14

BAB III PENUTUP

  1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………….. 15

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………… 17

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. A.     Latar Belakang

Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas matakuliah Dasar-dasar Komunikasi dengan pokok bahasan Semiotika. Sebagai makhluk yang hidup di  dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama agar  tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami Semiotika.

 

  1. B.      RumusanMasalah
    1. Apa yang dimaksud dengan semiotika?
    2. Bagaimana pengertian semiotika menurut para ahli?
    3. Apa saja macam-macam semiotika?
    4. Apa saja tipe-tipe tanda?
    5. Bagaimana sistem dari semiotika?
    6. Apa hubungan semiotika dengan Teknologi Pendidikan?
  1. C.      Tujuan
  2. Memahami pengertian dari semiotika
  3. Memahami pengertian semiotika dari para ahli
  4. Mengetahui macam-macam semiotika
  5. Mengetahui tipe-tipe tanda
  6. Mengetahui sitem dari semiotika
  7. Mengetahui hudungan semiotika dengan Teknologi Pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    Pengertian Dari Semiotika

Secara etimologis, semiotik berasal dari kata Yunani “Semion” yang berarti “Tanda”. Tanda itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Contohnya : asap bertanda adanya api.

Secara Terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang memepelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.

Adapun nama lain dari semiotika adalah semiologi. Jadi sesunguhnya kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukkan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika,dan mereka yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi

  1. B.    Pengertian Semiotika Menurut Para Ahli
  • C.S Peirce

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Contoh: Saat seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang mengomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi memaknainya sebagai simbol kemuslimahan.

  • Ferdinand De Saussure

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified). Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan, tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”.

  • Roland Barthes

Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.

Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.

Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006).

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.

Secara ringkas teori dari Barthes ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Dalam menelaah tanda, kita dapat membedakannya dalam dua tahap.Pada tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2) petandanya.Tahap ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini baru menelaah tanda secara bahasa. Dari pemahaman bahasa ini, kita dapat masuk ke tahap kedua, yakni menelaah tanda secara konotatif. Pada tahap ini konteks budaya, misalnya, sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut.Dalam contoh di atas, pada tahap I, tanda berupa BUNGA MAWAR ini baru dimaknai secara denotatif, yaitu penandanya berwujud dua kuntum mawar pada satu tangkai. Jika dilihat konteksnya, bunga mawar itu memberi petanda mereka akan mekar bersamaan di tangkai tersebut. Jika tanda pada tahap I ini dijadikan pijakan untuk masuk ke tahap II, maka secara konotatif dapat diberi makna bahwa bunga mawar yang akan mekar itu merupakan hasrat cinta yang abadi. Bukankah dalam budaya kita, bunga adalah lambang cinta?Atas dasar ini, kita dapat sampai pada tanda (sign) yang lebih dalam maknanya, bahwa hasrat cimta itu abadi seperti bunga yang tetap bermekaran di segala masa. Makna denotatif dan konotatif ini jika digabung akan membawa kita pada sebuah mitos, bahwa kekuatan cinta itu abadi dan mampu mengatasi segalanya.

 

 

  1. C.     Macam-macam Semiotika

1.      Semiotik Analitik

Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda.

  1. Semiotik Deskriptif

Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.

  1. Semiotik Faunal (Zoo semiotic)

Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan terdengar.

  1. Semiotik Kultural

Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu.

  1. Semiotik Naratif

Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore)

  1. Semiotik Natural

Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan.

  1. Semiotik Normatif

Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.

  1. Semiotik Sosial

Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.

  1. Semiotik Struktural

Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

 

 

 

  1. D.    Tipe-tipe Tanda
  • Ikon

Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya. Didalam ikon hubungan antara penanda dan petanda nya memiliki kesamaan dalam beberapa kualitas. Suatu peta atau lukisan bisa dikatakan sebagai ikon karena memiliki kemiripan rupa dengan objeknya. Contoh lain adalah rambu-rambu lalu lintas seperti “awas, banyak anak-anak!” ,”rambu2 lampu lalu-lintas” semua itu memiliki kemiripan visual atau bisa juga disebut ”meniru” dengan objeknya.

  • Indeks

Merupakan tanda yang memiliki keterikatan eksistensi terhadap petandanya atau objeknya atausesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya

Di dalam indeks, hubungan antara penanda dengan petandanya bersifat nyata dan aktual. Misalnya bau kentut pertanda ada orang yang baru saja kentut di tempat itu, tanda panah menunjukkan kanan dibawahnya bertuliskan “SOLO 20 KM” adalah indeks bahwa ke kanan 20 kilometer lagi adalah kota Solo, begitu juga dengan tombol-tombol atau link dalam situs web merupakan indeks untuk menuju halaman web yang dimaksud.

  • Ø Simbol

Merupakan tanda yang bersifat konvensional. Tanda-tanda linguistik umumnya merupakan simbol. Jadi simbol adalah suatu tanda yang sudah ada aturan atau kesepakatan yang dipatuhi bersama, simbol ini tidak bersifat global, karena setiap daerah memiliki simbol-simbol tersendiri seperti adat istiadat daerah yang satu belum tentu sama dengan adat-istiadat daerah yang lainnya. Simbol palang putih dengan latar belakang merah sudah disepakati secara internasional bahwa tanda itu berarti “stop” atau larangan masuk.

 

  1. E.     Sistem Semiotika

Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem.

  • Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic)

Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan.Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi pemakainya.

  • Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic)

Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan.Dalam arsitektur, semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.

  • Semiotik Semantik (semiotic semantic)

Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya.

 

  1. F.     Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan

Salah satu tujuan Teknologi Pendidikan  yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.

DVD umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk bebagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang diharapkan. Yang paling penting dalam DVD adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-gambar). Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam DVD adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.

BAB III

PENUTUP

 

  1. A.  Kesimpulan

Secara umum semiotika adalah ilmu yang membahas tentang tanda ( the study of signs).

Tokoh dalam Semiotika antara lain yaitu C.S Pierce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan interpretant. Ferdinand De Saussure membagi semiotika menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Roland Barthes dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.

Macam-macam Semiotika ada 9 yaitu Semiotik Analitik, Semiotik Deskriptif, Semiotik Faunal (Zoo semiotic), Semiotik Kultural, Semiotik Natural, Semiotik Normatif, Semiotik Sosial, dan Semiotik Struktural.

Tipe-tipe tanda antara lain Ikon (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya), Indeks (sesuatu yang melaksanakan funsi sebagai penanda yang mengisyaratkan penandanya), dan Simbol (Sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim di gunakan dalam masayarakat)

Sistem Semiotika ada 3 yaitu Semiotik Pragmatik (menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek), Semiotik Sintaktik (menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek), dan Semiotik Sematik (menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan).

Hubungan Semiotika Dengan Teknologi Pendidikan yaitu memecahkan masalah pendidikan melalui media pembelajaran, salah satu contohnya adalah DVD pembelajaran.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 


Actions

Information

Leave a comment